General

Katanya hari ini tahun baru?

Pagi ini, 1 Januari 2012, kata orang-orang, ini adalah hari pertama di tahun baru 2012. Ya, memang tak ada yang salah dengan tanggal, bulan, dan tahun yang disebutkan. Itu hanya menjadi istilah untuk membedakan waktu kemarin, sekarang, besok, lusa dan seterusnya. Berbagai macam status terpampang di facebook, twitter, messenger, bahkan tak ketinggalan sms salah kirim dengan bahasa korea. 

“Selamat tahun baru” dituliskan dalam berbagai bahasa. Berbagai macam resolusi dituliskan yang intinya berharap tahun 2012 mencapai hasil yang lebih baik, lebih produktif. Kurang lebih begitu niatnya. Tapi, apakah itu hanya sekedar ikut-ikutan tren? Pesta, jalan – jalan hingga pagi, nge”date”, tiup terompet, nonton kembang api, bakar-bakaran, dan berbagai akivitas lainnya. Terkesan gaul dan gak udik katanya kalau ikut-ikutan tren pergantian tahun baru.

Resolusi yang dituliskan pun biasanya hanya seperti retorika belaka. Menjadi lebih baik? Akan kah menjadi lebih baik jika dari hal kecilpun tidak berubah. Berapa banyak uang yang terbuang sia-sia semalam? Berapa gunung sampah yang tersebar di berbagai wilayah? Berapa banyak orang yang memaksakan bergadang hanya untuk melihat jam berdentang 00:00? Sebegitu mudahkah membiarkan “badan” terzalimi tanpa istirahat?

Bagaimana akan mencapai sesuatu yang lebih baik jika awalnya pun diisi dengan hal-hal yang tidak mengarah ke perbaikan? Sedih sekali mereka hanya mencanangkan perbaikan di akhir desember. Tangga 1, 2, 3 atau 31, bulan januari, februari, desember, kurasakan tak ada yang beda dengan hal – hal tersebut. Itu hanya istilah untuk membedakan waktu saja. Yang akan terasa berbeda adalah bagaimana memaknai waktu yang masih bisa kita nikmati di dunia. Sejauh mana bisa bermanfaat untuk orang lain selama Allah masih mengijinkan kita bernafas dan melewati kehidupan dunia yang fana. Itulah yang akan lebih terasa bermakna. Esok adalah hari yang baru, hari yang harus selalu diisi dengan sesuatu yang bermanfaat, produktif, peduli dengan sesama. Bukanlah sesuatu yang bermanfaat jika hari yang kalian istilahkan sebagai awal yang baru dengan “molor” hingga melewatkan shalat subuh karena fisik yang lelah setelah begadang hingga pagi atau pesta-pesta. Itu hanya pengalihan untuk menghindari rasa malu ketika di”cap” sebagai pribadi yang “gak gaul dan udik”. 

Mungkin aku tergolong dalam kategori yang orang-orang sebut “gak gaul dan udik”. Aku bukan tipe orang yang akan “minder” hanya dengan sebutan “udik”. I don’t care. Aku lebih peduli dengan apa yang bisa aku lakukan agar diri ini lebih bermanfaat untuk orang lain. Ya, pagi inipun tak bisa aku pungkiri kalau aku sedih. Tapi bukan sedih karena tidak ikut merayakan pesta tahun baru. Aku sedih karena terlambat bangun 06.10 dan melewatkan kesempatan bersujud dalam nikmatnya suasana shalat Tahajjud. Tak akan aku ajarkan keluargaku untuk melewati hari-hari dengan sesuatu yang menurutku tidak bermanfaat. Daripada mengeluarkan uang untuk pesta dan hura-hura, akan lebih baik jika masuk ke kotak amal atau sesuatu yang bermanfaat lainnya.

Resolusi? Tak perlu menunggu hingga tanggal 31 Desember untuk mencanangkan resolusi. Setiap hari pun harus selalu ada resolusi untuk menjadi lebih baik. Resolusi yang lebih bermakna dan bermanfaat. Bagiku, perayaan-perayaan pesta tahun baru hanyalah sesuatu pemborosan. Masih banyak saudara-saudara kita yang mengencangkan perut mereka karena tidak punya sesuatu untuk dimakan. Ironisnya, begitu banyak pula orang yang “membakar” uangnya hanya untuk kemeriahan kembang api. Mereka menyisakan “sesuatu” untuk para pemulung. Sampah, itulah yang mereka sisakan untuk pada para pemulung.

Agama yang aku yakini tidak pernah mengajarkanku untuk merayakan sesuatu dengan hal-hal yang tidak bermanfaat. Perayaan dengan terompet, kembang api, dan lainnya hanya model-model perayaan golongan lain. Akan lebih baik jika hari yang “dianggap” sebagai akhir dan awal tahun diisi dengan sebuah perenungan akan semua hal yang telah dilakukan dan janji diri untuk berbuat lebih baik keesokan harinya. Dan akan lebih baik jika hal itu tidak hanya dilakukan pada waktu yang dikenal sebagai akhir dan awal tahun. Bukankah hal itu akan lebih bermanfaat jika dilakukan setiap hari?

Karena bagi seorang muslim hari ini harus lebih baik dari hari kemarin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *