Reflection

Puasa atau Perbaikan Gizi?

Tak terasa kita sudah sampai pada penghujung bulan Sya’ban yang artinya kita semakin dekat dengan bulan suci Ramadhan. Bulan yang selalu diidam-idamkan oleh semua muslim/muslimah diseluruh dunia. Bulan yang penuh berkah dan ampunan.

“Wahai orang-orang yang beriman ! Diwajibkan kepada kamu puasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang yang sebelum kamu,supaya kamu menjadi orang-orang yang bertaqwa.” (S.al-Baqarah:183)

Puasa (menurut syariat) merupakan ibadah menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa (seperti makan, minum, hubungan kelamin, dan sebagainya) semenjak terbit fajar sampai terbenamnya matahari,dengan disertai niat ibadah kepada Allah,karena mengharapkan redho-Nya dan meningkatkan Taqwa kepada-Nya.

Banyak hikmah yang terkandung dalam puasa. Puasa sangat bermanfaat bagi kesehatan jasmani dan rohani manusia. Secara rohani, orang yang berpuasa dilatih untuk mengendalikan hawa nafsu dari hal – hal yang negative. Bagi kesehatan jasmani, secara medis puasa dapat membantu mekanisme kesehatan:

  • Memberikan kesempatan istirahat kepada alat pencernaan. Pada hari-hari ketika tidak sedang berpuasa, alat pencernaan di dalam tubuh bekerja keras, oleh karena itu sudah sepantasnya alat pencernaan diberi istirahat.
  • Membersihkan tubuh dari racun dan kotoran (detoksifikasi). Dengan puasa, berarti membatasi kalori yang masuk dalam tubuh kita sehingga menghasilkan enzim antioksidan yang dapat membersihkan zat-zat yang bersifat racun dan karsinogen dan mengeluarkannya dari dalam tubuh.
  • Menambah jumlah sel darah putih. Sel darah putih berfungsi untuk menangkal serangan penyakit sehingga dengan penambahan sel darah putih secara otomatis dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
  • Menyeimbangkan kadar asam dan basa dalam tubuh,
  • Memperbaiki fungsi hormon, meremajakan sel-sel tubuh,
  • Meningkatkan fungsi organ tubuh

Selain itu, dalam artian social puasa memberikan hikmah untuk meningkatkan kepekaan social kepada masyarakat yang kurang mampu. Dengan berpuasa, kita diharapkan ikut merasakan apa yang dirasakan oleh kaum dhuafa yang belum tentu setiap hari bisa menikmati makanan.

Sungguh indah makna dan hikmah yang terkandung dalam artian ibadah puasa. Namun, fenomena-fenomena yang ada dimasyarakat sepertinya berubah. Jadwal makan pada bulan puasa seharusnya berkurang 1 kali karena tidak ada agenda makan siang. Namun, sebagian besar masyarakat setelah selesai puasa, yang terjadi malah kenaikan berat badan. So, sebenarnya dalam bulan Ramadhan apa yang kita lakukan?puasa atau perbaikan gizi?

Mungkin itu semua kembali terbawa pada ekspresi kebahagiaan yang berlebihan. Sering kali pada ibu karena saking bahagianya keluarga berpuasa, ingin memberikan hidangan-hidangan istimewa pada saat berbuka maupun pada saat makan sahur. Selain makanan –  makanan bergizi, sering pula terlihat disodorkan makanan-makanan pembuka yang sungguh menggugah selera. Kalau selain bulan Ramadhan menu tiap hari adalah tempe tahu, maka sering dijumpai ketika bulan Ramadhan menu berubah menjadi ayam, daging, ikan, dan menu-menu yang mewah lainnya. Mungkin selain karena ekspresi kebahagiaan yang berlebihan, ada juga kekhawatiran “makan yang banyak ya, biar kuat berpuasa sampai waktu berbuka”. Dari hal sepele seperti itu, bisa menimbulkan persepsi bahwa makan sahur harus banyak. Hal ini kadang memberikan image seperti menampung bekal makanan dalam perut sebanyak-banyaknya hingga terkadang kekenyangan.

Dari pandangan saya pribadi (mohon maaf jika tidak sesuai), pengendalian hawa nafsu dalam puasa tidak hanya ketika kita terbit fajar hingga terbenam matahari. Pengendalian hawa nafsu yang paling berat justru bagaimana kita menghadapi godan-godaan ketika berbuka. Kegagalan mengendalikan hawa nafsu inilah yang mengakibatkan kita seperti melakukan perbaikan gizi dan tak jarang justru berat badan, kolesterol, kadar asam meningkat drastic paska Ramadhan. Lalu dimana makna pengendalian diri itu? Apakah sudah kita lupakan karena euphoria ramadhan?

“Makan dan minumlah kamu dan janganlah berlebih-lebihan sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (s.al-A’raf:31)

Ya….Allah, bantulah hamba dan keluarga hamba untuk menjalankan ibadah puasa dalam arti sebenar-benarnya puasa dalam pandanganMU, Ingatkanlah jika kami tidak sesuai dengan tuntunanMU.

Pada Ramadhan puasa setelah menikah, Istri tercinta ingin memberikan sesuatu yang lebih untukku ketika berbuka. Hingga tak jarang dia ingin memberikan menu yang special ditambah dengan hidangan-hidangan pembuka seperti kolak, esbuah dan lain sebagainya. Pada awalnya aku biarkan, karena kita perlu menghargai usaha Istri untuk menyenangkan suami. Tapi, setelah beberapa hari akhirnya ku ingatkan juga,

“Istriku sayang, puasa itu untuk mengendalikan hawa nafsu salah satunya terkait dengan makanan, puasa bukan diartikan memindahkan jam makan siang untuk dirapel pada waktu berbuka atau sahur. Puasa tidak mewajibkan kita untuk mengubah menu menjadi special selama sebulan. Sayang…dari sini, hidangkanlah menu makanan seperti yang biasanya dihidangkan pada saat bukan bulan Ramadhan. Tak perlu ditambah dengan menu-menu pembuka yang mewah dan berlebihan. Karena itulah hakekat pengendalian hawa nafsu ketika berpuasa.”

“Ketika kita mengubah menu menjadi super special dengan berbagai makanan pembuka, hakikat puasa yang menyehatkan menjadi pudar karena hasilnya adalah bertambahnya berat badan, kolesterol dan lain sebagainya. Bagaimana kita akan meresapi penderitaan fakir miskin kalau ba’da magrib kita membalaskan dendam hilangnya jatah makan siang”

Dan Alhamdulillah istriku bisa memahami apa yang aku sampaikan, hingga pada saat puasa berikutnya, tak ada lagi menu special. Sesekali memang ada menu special karena memang pada bulan-bulan sebelumnya juga sesekali diberikan menu special. Malahan karena saking cape beraktivitas, pernah juga terlambat bangun dan hanya bisa sahur sekedarnya saja. Tapi Alhamdulillah, semua sehat-sehat berkat ibadah puasa.


Untuk istriku tercinta, “Sayang,….Bantu aku untuk membimbing keluarga ini ke arah jalan yang sesuai dengan petunjuknya, thank you honey….I love you because of Allah…

Untuk pembaca, mohon maaf jika ada yang kurang berkenan. Yang benar datangnya dari Allah, dan yang salah datangnya dari kekhilafan saya pribadi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *