Reflection

Ramadhan

Alhamdulillah, masih diberikan nikmat untuk bisa bernafas dan berkarya. Alhamdulillah, insya Allah diberi kesempatan untuk menunaikan puasa Ramadhan tahun ini.

Kenapa harus bersyukur?

Banyak saudara-saudara kita yang tidak mendapat kesempatan bertemu dengan Ramadhan tahun ini. Kita syukuri karena kita tidak tahu apakah kita akan bertemu kembali dengan Ramadhan tahun depan dan tahun-tahun berikutnya.

Hampir setiap orang berfikir pasti ada perbedaan pendapat untuk menentukan awal ramadhan di Indonesia. Masing-masing golongan berpegang pada metode yang diyakini masing-masing. Masing-masing menganggap metodenya paling benar. Kedua metode tersebut sama-sama benar. Kalau kita telusuri, harusnya akan ada titik temu dari kedua metode tersebut. Metode hisab punya dasar sendiri dalam perhitungannya. Metode rukyat punya parameter sendiri dalam penentuannya. Keduanya jika ditelusuri lebih jauh, akan mengacu pada interaksi yang terjadi antara matahari, bumi dan bulan. Keduanya didasarkan pada fenomena alam tentang posisi bulan terhadap matahari.

Kalau muncul pertanyaan, kenapa ada beberapa Negara yang memulai lebih awal untuk berpuasa. Bumi selalu berputar, patokan kalender yang dipakai adalah kalender Masehi. Maka sangat wajar kalau ada selisih 1 hari antar Negara tentang penentuan awal puasa. Yang lucu adalah diwilayah yang sama, tapi memiliki awal yang berbeda. Jika seluruh umat islam bisa bersinergi dan melakukan penelitian bersama-sama tentang penentuan awal bulan hijriyah menggunakan metode hisab dan diverifikasi dengan rukyat, kita bisa melihat, Negara manakah yang menjadi patokan (awal) bulan hijriyah. Sungguh indah jika hal itu bisa tercapai, bersatunya umat Islam seluruh dunia.

Itu merupakan kisah klasik yang akan terus bergulir jika masing-masing golongan tidak mau legowo dan bertoleransi untuk mendapatkan titik temu yang seharusnya ada. Karena islam adalah agama yang sejalan dengan akal manusia. Oke, lupakan tentang hal itu karena itu adalah domain para pemimpin kelompok agama yang ada.

Puasa merupakan salah satu rukun islam. Puasa merupakan ibadah yang khusus diketahui antara pelaku dan Allah SWT. Orang lain tidak akan tahu kita benar-benar berpuasa atau tidak. Puasa merupakan sebuah media untuk melatih kejujuran dan keikhlasan. Dalam konteks social, puasa merupakan sebuah media dimana kita yang melakukan puasa bisa turut merasakan apa yang dirasakan oleh kaum duafa. Merasakan bagaimana rasanya lapar dan dahaga dengan harapan menumbuhkan kepekaan social terhadap mereka yang fakir. Apakah dalam konteks ini puasa kita sudah benar?

Mari coba kita renungkan, apa yang terjadi selama bulan puasa dalam masyarakat? Kondisi yang seharusnya kita merasakan penderitaan kaum duafa dan fakir, tapi berubah dari konsep yang diharapkan. Betapa meriahnya menu berbuka dan sahur, betapa variasinya camilan-camilan yang dipersiapkan. Terjadi pembengkakan anggaran selama bulan puasa. Harga-harga beranjak naik karena permintaan meningkat sangat drastis dibanding bulan-bulan lainnya. Berat badan meningkat, kadar gula darah meningkat. Puasa seharusnya menyehatkan, bukan menambah calon-calon penyakit dalam tubuh.

Mari kita evaluasi berapa pengeluaran untuk logistic pada bulan-bulan biasa, dan bandingkan dengan pengeluaran pada bulan Ramadhan. Hampir sebagian besar bulan Ramadhan justru meningkat 1-2 kali lipat dari biasanya. Dari situ akan terlihat apakah kita telah mencoba menerapkan konsep puasa yang benar, atau sekedar mengikuti rutinintas yang diwajibkan dan memindahkan jadwal makan pada malam hari.

Bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah. Dimana-mana, dalam pengajian-pengajian selalu dibahas bahwa ibadah dalam bulan ini akan diganjar dengan pahala berlipat-lipat. Memang hal itu benar. Hanya saja, sering kali terjadi kesalahan pemahaman yang mengakibatkan kita justru berhitung masalah banyak sedikitnya pahala. Kita harus meluruskan niat bahwa ibadah yang kita lakukan adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah, untuk mendapatkan ridlo-Nya. Bagaimana tentang pahala? Tak perlu kita hitung-hitung pun kalau Allah ridlo, apapun akan Allah beri yang terbaik bagi hambaNya, baik didunia maupun di akhirat nanti.

Mari kita terus perbaiki puasa kita, perbaiki kualitas diri kita untuk menggapai ridlo-Nya.

Sebagai manusia biasa pastinya banyak salah, khilaf, dan dosa baik yang disengaja maupun yang tidak. Untuk itu, mohon dibukakan pintu maaf yang lebar dan tulus atas salah, khilaf, dan dosa yang pernah kami lakukan baik dari pikiran, hati, perkataan, dan perbuatan. (Purba & Keluarga)

Selamat menunaikan puasa dan menyambut Ramadhan

-Catatan Ringan Buruh Lab-

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *