Masa Kuliah – 4
Dengan ngontrak bersama teman-teman, beban hidup sedikit lebih ringan karena biaya tinggal yang relatif lebih kecil. Tapi, tetap saja masih sering susah buat makan. Alhamdulillah pada masa sejak semester 3 aku mendapat murid yang orang tuanya cukup baik. Murid – muridku ada yang tinggal di Villa Cinere Mas. Yang pertama bernama Cessy (Alhamdulillah dia bisa diterima di ITB melalui jalur UMPTN) dan yang kedua bernama Sarah. Sarah ini muridku yang menganggapku sebagai teman. Dari mengajar Sarah ini, aku mendapat pelajaran bahwa mengajar akan lebih efektif jika kita menempatkan murid sebagai teman. Hal ini akan berdampak psikologis terhadap murid yang akan merasa nyaman untuk bertanya jika ada kesulitan.
Karena saking dekatnya, beberapa kali aku disuruh menginap jika keesokan harinya tidak ada kuliah. Ya, saat ngajar inilah terkadang aku mendapat kesempatan “perbaikan gizi”. Hampir setiap selesai mengajar, orang tua muridku selalu mengharuskan aku makan dulu sebelum pulang. Kurang lebih 1 tahun aku mengajar Sarah karena setelah kelas 3 dia mengambil jurusan IPS.
Setelah berhenti mengajar Sarah, aku juga mendapat kesempatan mengajar Dhika di daerah Jakarta Timur. Aku teringat suatu ketika karena sudah menipisnya uang bulanan. Aku terpaksa hanya membeli martabak yang harganya Rp 2,500 waktu itu (sering juga rasa lapar aku ganjal dengan martabak). Pada saat pulang, ternyata ada Bayu yang masih menungguku. Feeling dia aku akan pulang bawa martabak. Akhirnya kami share martabaknya. Alhamdulillah bisa mengenyangkan perut-perut kelaparan. Saat itu aku hanya berfikir, kebetulan saja Bayu belum tidur. Eh…setelah lulus dan lama tek berjumpa, dia membuat pengakuan bahwa waktu itu dia benar-benar kehabisan uang bulanan dan tahu kalau aku sering beli martabak buat makan malam. Kirain aku yang kelaparan, ternyata ada juga yang lebih menyedihkan.hehehehe.
Kurang lebih 3 bulan aku mengontrak bersama teman-teman, aku membaca selebaran pada saat shalat jum’at di Masjid Ukhuwah Islamiah (MUI) tentang beasiswa Program Pembinaan Sumber Daya Manusia Strategis (PPSDMS) Nurul Fikri dengan beasiswa Rp 250,000 per bulan. Tepat saat itu adalah bulan terakhir aku mendapatkan beasiswa ETOS Republika. Akhirnya dengan berbekal modal nekat aku kirim saja aplikasi beasiswa tersebut.
Wow, ternyata aku terpilih dalam 20 orang mahasiswa peserta pertama beasiswa PPSDMS tersebut. Aku sangat bersyukur karena beasiswa tersebut juga memberikan tempat tinggal (Asrama). 3 Agustus 2002, pelantikan peserta PPSDMS dilaksanakan di Duren Tiga Pasar Minggu.Kami adalah: Abdi Nugroho, Ahadiyat, Ahmad Hidayatullah, Alief Aulia Reza, Aresto Yudo Sujono, Azman Muammar, Berno Syamsul Fisahwan, Budiman Mahmud Musthofa, Faisal, Kurnia Fitra Utama, M. Iffan Fanani, M. Soleh Nurzaman, M. Nuryazidi, Mukhson Rofi Fidiyanto, M. Rizki Ramadhani, Novrika Riantony, Purba Purnama, Riswandi, Suryo Agus Triharto, dan Widiyanto.
Sejak masuk dalam program ini, sedikit-demi sedikit mengalami perubahan karena secara finansial mulai terbantu. Namun, dengan padatnya aktivitas dalam sepekan seperti: Kajian Islam Kontemporer, Temu Tokoh, Qiyamullail, Tekwondo, Training, Diskusi Pasca Kampus, dan lain sebagainya, sempat mebuatku kaget hingga IP ku semester 5 turun menjadi 3,32 (Alhamdulillah ini adalah IP terburuk ku semasa kuliah S1).
Saat itu aku tinggal sekamar dengan Ahadiyat (my best brother) dan juga M. Soleh Nurzaman. Suasana kekeluargaan dalam kamar 4 sangat terasa kental. Sering kali kami saling bercerita/curhat tentang aktivitas/masalah yang dihadapi. Dengan menjadi peserta PPSDMS, aku harus bisa membagi waktu antara aktivitas perkuliahan, organisasi, PPSDMS, dan juga ngajar. Tak jarang aku pernah kena damprat dari Manajer Operasional karena sering kali terlambat gara-gara aku harus ngajar dl sebelum acara. Namun, setelah berdiskusi dengan Pak Musholi, akhirnya bisa dimaklumi karena memang aku berkomitmen untuk berusaha menghadiri kegiatan PPSDMS walaupun dilain pihak aku juga harus bekerja sebagai guru privat.
Setelah berusaha beradaptasi padatnya kegiatan. Akhirnya aku bisa membagi waktuku sehingga pada semester 6 IP ku bisa naik lagi menjadi 3,5. Selain itu, aku juga mendapatkan beasiswa dari PT Indofood Sukses Makmur selama 1 tahun. Dari masa ini, kehidupanku mulai lebih baik.
Kerja keras dan komitmen adalah kunci yang diperlukan untuk maju dalam berkarya. Kendala yang ada bisa dikomunikasikan dengan pihak-pihak terkait untuk mencari jalan tengah sehingga memperoleh win-win solution.