Masa SMU

Tahun 1997, seterlah lulus dari SLTPN 1 Slawi, sudah waktunya aku masuk ke jenjang Sekolah Menengah Umum (SMU). Awalnya, aku berminat untuk melanjutkan ke SMU N 1 Tegal di daerah Kotamadya Tegal. Pada saat itu, aku berfikir, kualitasnya lebih bagus dibandingkan dengan SMU yg ada di daerah Kabupaten Tegal. Di daerah kotamadya, ada tempat tinggal kakekku yg bekerja di PJKA. Pertimbangan itulah yg menyebabkan aku berani menyampaikanku kepada Ayahku. Namun, Ayahku menolak permintaanku. Ayahku ingin aku melanjutkan di SMU N 1 Slawi (memang ini sekolah nomor 1 di daerah Kabupaten Tegal). Saat itu aku tidak berani membantah, lagipula Kakakku (Guntur Gunawan) yg lulusan SMU N 1 Slawi, masih bisa berkompetisi dalam Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) tahun 1995 da diterima di Universitas Indonesia (UI). Dia adalah orang pertama didesaku yg masuk UI.

Akhirnya aku ikuti saran dari Ayahku masuk ke SMU N 1 Slawi. Saat itu, aku masuk di kelas 1C bersama dengan Dicky Aji, Dwi Hartanto, Hardi Amanurijal, Lukman Yoga, Luqman Yamini, dan lain-lain. Banyak kenangan yg seringkali membuatku tertawa jika aku mengingat kondisi selama beljar di kelas 1C.

Pada saat itu, pada pelajaran Kimia, justru aku yang disuruh mengajar teman-temanku. Tapi awalnya, sebagai murid, aku hanya manut saja dengan perintah guru. Tapi belakangan, aku mendapatkan manfaatnya, dengan mengajar, aku lebih cepat memahami pelajaran yang aku ajarkan.

Bahasa Inggris, pelajaran ini masih menjadi momok bagiku. Bayangkan saja, pernah aku mengerjakan 14 soal PR, setelah diperiksa, aku hanya bisa benar 1 jawaban dan 13 lainnya salah. Karena saking takutnya dengan bahasa Inggris, dari 2 kali pertemuan dalam 1 minggu, sering kali aku membolos bersama sohibku hanya untuk menghindari pelajaran ini. Sering kali kami kabur keluar sekolah sekedar jalan-jalan atau nongkrong di warung es lontrong (Ini dulu sangat terkenal di kota Slawi, entah hingga sekarang masih ada atau tidak). Namun, guruku tidak pernah mencari murid-muridnya yang kabur. Pak Guru maafkan aku yan dulu sering bolos pelajaranmu.

Fisika, pada awal ujian harian, aku sempat lupa menulis nama dan gara-gara hal tersebut, entah dianggap atau tidak hasil ujianku karena waktu itu Ibu Guru sangat marah. Pernah juga Bu Guru marah besar akibat ulah siswa di kelas kami yang selalu berisik saat belajar. Kemarahan itu memuncak hingga tidak mau mengajar beberapa kali pertemuan. Akhirnya, aku ambil inisiatif untuk coba mengajar semampuku. Lambat laun, Bu Guru reda juga kemarahannya dan kembali mengajar.

Pernah juga kami diusir dari Laboratorium Biologi, nyaris diusir pada saat pelajaran matematika. Ya ampun, sungguh parah kelakuanku dan teman-teman saat kelas 1 dulu. Tapi kami memiliki Wali kelas yang baik hati dan sangat perhatian. Kami masih ingat beliau pernah menasihati kami saat kami sering mengadakan pertandingan sepakbola. Beliau berpesan agar kami tidak pasang taruhan, tapi tetap saja kami pasang taruhan. Astagfirullah.

Walaupun sedemikian kacau kelakuanku, Alhamdulillah aku masih bisa mempertahankan prestasiku di kelas 1C. Ya, aku bisa peringkat 1 tapi tidak bisa peringkat 1 paralel. Aku juga pernah dikirim untuk mengikuti seleksi olimpiade matematika internasional (International Mathematic Olympiad) namun aku gagal lolos di tingkat nasional.

Pada kelas 2, dilakukan pemisahan siswa berdasarkan prestasinya. Akupun dipindah ke kelas 2A yang merupakan kelas favorit. Dan lagi-lagi aku harus berkompetisi dengan Sidiq, Panca, Suprihat, Hisam, Efi dan lain-lain.

Di kelas 2A ini, kami berkompetisi dalam prestasi. Walaupun tidak sepenuhnya menguasai peringkat 1, tapi masih berkutat dalam 3 besar peringkat parallel. Di kelas 2 ini, pernah mengalami hal yang mengejutkan ketika pada saat ujian caturwulan, aku mendapatkan nilai fisika 5. Ini menjadi cambuk bagiku dan berjanji untuk tidak mengalami hal seperti itu lagi.

Pada saat kelas 2, aku juga pernah mengalami kecelakaan sepeda motor. Motorku menabrak tanggul di atas terowongan kereta api. Bisa dibayangkan kondisinya jika aku dan Panca terlempar hingga jatuh ke samping rel kereta api. Parahnya, posisiku saat jatuh. Wajahku yang pertama kali menghantam tanah. Panca, lutut kanannya terbentur besi tanggul terowongan kereta. Sesaat setelah jatuh, aku langsung bangun. Panca pun panic melihatku. Dia mengatakan kalau bajuku penuh dengan darah. Aku baru menyadarinya setelah kulihat bajuku. Banyak sekali luka robek di wajahku kala itu. Untunglah ada seorang guru olah raga yang ditakdirkan lewat dan menolong kami. Kami pun dibawa kerumah sakit terdekat.

Saat kelas 3, kembali aku digabungkan dengan siswa-siswa yang bisa dibilang berprestasi di 3IPA3. Kembali aku bertemu Sidiq, Saimroh (Mereka adalah jagoan matematika, fisika, kimia di sekolahku). Dan dikelas ini, banyak perilakuku yang kurang patut ditiru. Pernah aku bermasalah dengan wali kelasku karena permasalahan jam tambahan Kimia. Saat itu aku juga pernah menjadi wakil ketua kelas. Namun, parahnya, aku bersama sekitar 17 siswa juga pernah “membolos secara kolektif” pada sebuah mata pelajaran.

Pernah ada sebuah olimpiade matematika tingkat karesidenan, dan pihak guru tidak bersedia memilihku sebagai wakil dari sekolah. Ketika aku mengetahuinya, akupun sampaikan kepada guru matematika bahwa aku akan ikut olimpiade tersebut walaupu  pihak sekolah tidak menunjukku (Karena sudah menunjuk wakil sendiri). Dalam hati aku berjanji, bahwa aku akan menunjukan kemampuanku. Dan Alhamdulillah, dari sekolahku, hanya aku yang berhasil lolos dan bahkan menjadi juara 1 dalam olimpiade tersebut.

Banyaknya perilaku negatif menyababkan beberapa guru pun heran dengan keadaanku menjelang EBTA/EBTANAS. Bahkan ada yang sampai mengatakan bahwa, sepertinya Purba susah diharapkan untuk berprestasi di EBTA/EBTANAS nanti karena beberapa perilaku negatifku. Namun, perkataan itu justru mencambukku. Sejelek apapun perbuatan yang pernah aku lakukan, aku akan menunjukan bahwa aku masih bisa bersaing dalam prestasi. Pada akhirnya, aku bisa masuk dalam 3 besar di tingkat kabupaten. Dan yang lebih membahagiakan, untuk pelajaran Kimia (yang pernah terlibat masalah) aku bisa meraih nila 9.6 (nyaris 10).

Ya, kehidupan masa SMAku memang diwarnai noda-noda. Namun, tetap tunjukan bahwa kita memiliki kemampuan. Akan lebih baik lagi jika kita memiliki perilaku yang baik dengan prestasi yang baik pula.

Bapak/Ibu Guru semua, maafkanlah semua kesalahan-kesalahan atas perilaku negatifku selama aku bersekolah di SMU NEGERI 1 SLAWI. Semoga aku bisa membalas semua bimbingan kalian dengan memberikan prestasi di bidang yang aku tekuni. Amiin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *