Reflection

Mereka Akan Selalu Datang

Semua orang tentunya ingin meraih kesuksesan, keuntungan, bahkan ada juga yang menginginkan popularitas. Semua itu sah – sah saja. Semuanya tergantung pada tujuan hidup pribadi masing – masing dalam mendefinisikan makna dari kesuksesan tersebut.
Jalan menuju kesuksesan pun bermacam – macam ibarat pepatah banyak jalan menuju Roma. Tapi yang paling penting adalah menentukan tujuan hidup itu sendiri. Tanpa adanya tujuan hidup, apapun jalan hidup yang ditempuh tak akan berpengaruh. Dari banyaknya cara meraih kesuksesan itu, setiap jalan tentunya memiliki liku – liku tersendiri. Dalam liku – liku itu akan selalu hadir suka – duka, kegembiraan, kesedihan, kegagalan, ujian, cacian, sentimen pribadi, dan berbagai macam cobaan yang Allah berikan untuk mengukur level yang kita miliki.
Jangan pernah berfikir bahwa orang sukses tidak melewati jalan berliku. Jangan hanya melihat ujung kesuksesannya saja. Memang, ujung kesuksesan itu akan melecutkan semangat. Namun, tanpa tahu berlikunya jalan yang dilalui, sedikit kerikil pun akan dapat membuyarkan semangat membara itu.
Alhamdulillah aku masih diberi kesempatan untuk menikmati dunia hingga saat ini. Terkadang, ketika bertemu atau berbincang dengan teman – teman, tak sedikit yang selalu mengatakan:
“wah, enak ya bisa kuliah di luar negeri”
“Ajak – ajak donk”
“Udah sukses, jangan lupa sama saudara, dong”
“wow, mantab bro”
Alhamdulillah semuanya adalah karuniaNYA. Mudah-mudahan aku tetep bisa bersyukur atas apa yang aku dapat sekarang ini.
Tak mudah jalan yang aku lalui untuk sampai pada level sekarang. Walaupun jujur, aku belum merasa menjadi apa – apa. Karena aku masih ingin berkontribusi lebih pada dunia keilmuan. Perjuangan itu tidaklah mudah. 
Biopolimer, itulah bidang penelitian yang aku tekuni sekarang ini. Lulus dari Kimia dengan bidang kimia-fisika, bidang biopolymer merupakan bidang yang baru buatku. OK, itu adalah ujian pertama. Pesimistis, hanya akan meluluhlantakan impianku. Setelah 5 tahun banting setir ke dunia industry, mempelajari paper – paper penelitian merupakan hal yang berat. Ditambah pula kemampuan bahasa inggris yang pas pasan. Walau berat, kucoba dan terus mencoba dengan memanfaatkan berbagai macam strategi. Kamus bahasa inggris dan google translation adalah teman setiaku dalam mengatasi kesulitan memahami paper penelitian.
Kehidupan di Korea Selatan yang berbeda dengan tanah air juga menjadi masalah tersendiri. Adanya 4 musim, gaya hidup yang glamor, trend Korea yang begitu “booming”, budaya pesta, dan minimnya wawasan mereka tentang Islam membuatku harus memutar otak untuk mencari strategi agar tetap bisa berbaur tanpa menanggalkan kaidah Islam. Sempat terbersit dalam hayalan, betapa indahnya musim dingin, bisa bermain salju yang putih bersih. Namun, indahnya hayalan tersebut seperti buyar begitu merasakan secara langsung. Suhu yang begitu dingin dan udara yang sangat kering menjadi sebuah ujian. Ya, aku datang ke Korea tanpa tahu apa yang harus dipersiapkan untuk menghadapi musim dingin. Kulitku terasa kering, dan pada level tertentu, mulailah kurasakan kulit memerah, terasa gatal yang teramat sangat hingga lecet saat digaruk karena gatal yang teramat sangat.
 
Budaya makan – makan dan minimnya pengetahuan tentang Islam pun menjadi tantangan. Tak jarang mereka menawarkan makanan dengan daging babi, ayam, sapi hingga minuman beralkohol. Awalnya berat untuk menjelaskan itu semua, terlebih pada beberapa kasus, ada juga mahasiswa Indonesia atau muslim lainnya yang masih mengkonsumsi ayam atau sapi. Aku termasuk orang yang meyakini bahwa ayam dan sapi di Korea masih diragukan kehalalannya karena pertimbangan proses penyembelihan. Perlahan aku sampaikan akhirnya mereka bisa mengerti. Sekarang, ketika ada acara makan malam bersama, mereka bisa memaklumi aku duduk paling pinggir untuk menghindari alcohol. Mereka pun selalu mencari rumah makan yang menyediakan makanan dari ikan atau seafood.
Dalam publikasi internasional, beberapa paper di jurnal – jurnal internasional pun tak serta merta bisa aku publikasikan dengan mudah. Berbagai macam penolakan dari penolakan dengan bahasa yang halus hingga komentar yang begitu pahit pun sempat aku rasakan:
“Manuscript ini tidak sesuai dengan ruang lingkup jurnal kami, lebih baik coba publikasi di jurnal lain yang lebih spesifik”
“Walaupun paper anda membahas tentang bidang ini, tetapi akan lebih baik jika anda mencoba publikasi di tempat lain”
“Kami tidak mau terlalu lama dalam meberikan keputusan agar anda bisa mencoba untuk publikasi di tempat lain”
“Manuscript ini terasa sangat berantakan, sangat susah untuk memahaminya”
“Penggunaan bahasa inggris perlu ditingkatkan, tapi saya merasa bukan tanggung jawab saya”
“Akhirnya, bahasa inggrisnya sangat jelek. Dengan beberapa alasan tersebut, saya tidak merekomendasikan untuk publikasi paper ini”
“Manuscript harus diperiksa oleh orang yang berbicara dengan bahasa Inggris”
Itulah beberapa contoh komentar dari Editor dan Reviewer yang pernah aku terima.
Pernah juga aku merasakan benar – benar “jatuh” karena berbagai macam penolakan itu. Rasanya begitu pesimis untuk bisa publikasi lagi. Namun, setelah merenung, bermunajat, akhirnya semangat yang jatuh itu pun kembali muncul.
Dalam kehidupan social pun tak akan luput dari hal-hal tersebut. Banyak orang yang sering kali meminta bantuan dan justru memberikan kekecewaan di penghujung cerita. Beberapa orang yang pada awal meminta dengan sangat untuk direkomendasikan dan dibantu untuk mendapatkan beasiswa. Namun, pada saat sudah diterima justru tidak meengambil beasiswa yang sudah diperoleh. Mereka tidak tahu makna pentingnya menjaga kepercayaan dari orang lain. Siapapun dia, ketika kita dipercaya, sudah seharusnya kita jaga kepercayaan itu sebagai amanah.
Sering juga aku harus turun tangan, meluangkan waktu mengurusi berbagai hal unuk kebersamaan. Tidak ada pengharapan apapun dari apa yang dilakukan selain agar bisa terjalin kebersamaan. Seringnya aku turun tangan lebih disebabkan karena hampir semua orang-orang dilingkungan itu boleh dibilang kurang peduli, tidak punya inisiatif, tidak mau repot, atau mungkin gak mau rugi. Tapi itulah fakta yang ada. Sebagian besar perlu di”kompor”i dulu agar bisa jalan. Namun, hal itu terkadang jadi omongan, komentar-komentar yang kurang enak. Dianggap sok atau yang lainnya.
Ya, selama kita masih hidup, kita tak akan pernah lepas dari berbagai hal seperti di atas.
Sesuatu yang membuat kita benar-benar tak punya semangat. 
Sesuatu yang membuat kita seolah-olah jatuh pada bagian paling dasar dari kehidupan.
Sesuatu yang membuat kita tak habis pikir.
Sesuatu yang membuat kita hanya bisa mengelus dada dan istighfar.
Sesuatu yang membuat hati kita teriris-iris.
Mereka adalah bagian dari ujian dan cobaan yang jika kita mampu melewatinya maka derajat kita akan naik ke kelas yang lebih tinggi. Jangan sampai mereka membuat kita jadi semakin terpuruk dan menjadi lemah. Yakinlah ketika kita mendapat sebuah ujian yang berat maka itu berarti bahwa kita akan sanggup melewatinya atau ada orang lain yang akan dating membantu kita jika Allah merasa kita belum sanggup. Yakinlah pada janji Allah yang akan menguji hambanya sesuai dengan kemampuannya.
Catatan penghujung 2011
Seoul, Dec 31st 2011 23.15

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *