Terima Kasih Ayah
Teringat masa kecilku kau peluk dan kau manja
Indahnya saat itu buatku melambung
Disisimu terngiang hangat napas segar harum tubuhmu
Kau tuturkan segala mimpi-mimpi serta harapanmu
Kau inginku menjadi yang terbaik bagimu
Patuhi perintahmu jauhkan godaan
Yang mungkin ku lakukan dalam waktu ku beranjak dewasa
Jangan sampai membuatku terbelenggu jatuh dan terinjak
Taken from: Yang Terbaik Bagimu (Jangan Lupakan Ayah) – Ada Band
Aku dilahirkan di desa Kagok, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal dari pasangan S. Warno (Alm) dan Rupi’ah. Keluargaku bukanlah keluarga orang berada. Ayahku bekerja pada sebuah perusahaan perikanan PT Tirta Raya Mina (Persero) dengan jabatan Mualim I, sedangkan Ibu bekerja sebagai penjual warteg.
Semasa aku kecil, ayahku masih sering berlayar ke berbagai pulau di Indonesia. Alhamdulillah dari hasil berlayar itu seringkali mendapat rezeki lebih sehingga keluargaku bisa hidup berkecukupan. Karena Ibuku juga sibuk berjualan, sejak aku kecil hingga aku kelas 1 SD, orang tuaku mampu menyewa pembantu rumah tangga untuk mengurusi aku dan saudara-saudaraku.
Orang tuaku benar-benar memperhatikan gizi anak-anaknya. Tak heran selama beliau berdua masih mampu membiayai, selalu ada makanan dari ikan laut dan susu. Kita semua tahu kalau kandungan gizi dalam ikan laut sangat bagus untuk pertumbuhan otak. Menurut ayahku, beliau hanya berfikir, Jepang maju karena warganya lebih sering makan ikan laut. Thanks Ayah, ternyata prinsipmu benar, Alhamdulillah orang-orang banyak yang bilang kalau anakmu pinter.
Hal lain yang aku selalu ingat adalah Ayahku selalu mendidik anak-anaknya bukan sebagai anak pemalas. Setiap hari, paling telat jam setengah 6 harus sudah bangun, shalat subuh, dan setelahnya tidak boleh tidur lagi. Setiap anak yang sudah bisa membantu pekerjaan rumah orang tua, entah itu mencuci piring, baju, menyapu, dan lain sebagainya. Satu hal yang ditanamkan oleh Ayah yang paling aku suka adalah tidak pernah mengijinkan Ibu untuk mencuci baju. Maklum, pada waktu itu kami tidak kenal namanya mesin cuci sehingga harus mencuci manual. Anak-anaknya harus saling berbagi tugas setiap pagi dan sore untuk membereskan pekerjaan rumah.
Alhamdulillah, mungkin sekilas itu memberatkan. Tetapi setelah aku sadari, itu adalah pendidikan yang bagus. Tidak membiarkan anaknya berleha-leha tapi harus bekerja sama.
Thanks Ayah, semua hal-hal baik yang kau ajarkan akan selalu kami ingat. Semoga anakmu ini bisa menjadi anak shalih yang akan selalu mendoakanmu sampai kapanpun. I love you Father……
“Yaa Allah, sayangilah beliau sebagaimana beliau menyayangiku waktu aku kecil… Ampunilah khilaf dan salahnya. Lapangkanlah alam quburnya, tempatkanlah beliau ditempat yang mulia disisiMU…Amiin”