Kenangan 17 Tahun Lalu
Ya, kira-kira 17 tahun yang lalu. bahkan mungkin lebih jikalau mengingat awal perkenalan dengan seseorang yang bernama Purba Purnama ini. Kenal akrab, bukan sekadar tahu sekitar tahun 1996, saat-saat menjalani tahap akhir sekolah di SMP Negeri 1 Slawi. Dan semakin akrab ketika kelulusan hingga saat ini.
Purba purnama, adalah gambaran seorang yang tekun, ulet dan sekarang sukses. Bukan dari kalangan berada walaupun sekarang berada di Korea. Gambaran soal tersebut tentunya bisa dilihat pada riwayat hidup yang bersangkutan.
Tahun 1997, kami ditakdirkan satu kelas di SMU Negeri 1 Slawi dengan asuhan wali kelas yang sangat baik hati, sabar dan penuh welas asih, ibu Lintri Utari. Untuk urusan pulang sekolah kami berdua berboncengan sepeda yang kebetulan apa adanya dan milik saya saat itu. Bukan berarti keadaan ekonomi saya lebih baik dari dia tentunya. Sedangkan urusan untuk berangkat sekolah dia memiliki cara yang lain (nebeng sama yang lain).
Dasar memang cerdas dan pintar, mudah sekali baginya untuk beradaptasi. Setiap pelajaran bisa diserapnya dengan mudah termasuk mata pelajaran yang bagi kita sangatlah baru, yaitu akuntansi. Inilah satu-satunya mata pelajaran yang nilai ulangan pertama kali dimana satu kelas tidak ada yang memperoleh nilai di atas lima, kecuali Purba Purnama (maaf kalau salah soal bab ini). Tapi itu hanya awalnya saja, setelahnya merangkak naik sedikit demi sedikit mendekati sempurna.
Walau terlahir dengan bakat pintar, namun tak lupa dia terus rajin belajar setiap malam. Teringat saat itu kami berdua sering belajar bersama. Hampir setiap minggu selalu meluangkan untuk belajar bersama terutama apabila ada tugas diluar jam pelajaran.
Rumahnya yang lumayan terpencil, karena terletak lumayan jauh dari desa sekitarnya mengakibatkan tidak adanya akses terhadap listrik. Kami berdua belajar di bawah temaram lampu petromak. Jam 5 saya sudah standby di rumahnya, kemudian dilanjutkan dengan menyalakan petromak, solat maghrib dan makan malam yang kebetulan tersedia setiap saat. Rutinitas tersebut kami lalui hampir selama satu tahun. Hasilnya? Dia selalu peringkat pertama dan saya selalu dibawahnya.
Setelahnya, tak ada yang berubah dari rutinitasnya walaupun dikemudian hari kami sudah jarang belajar bersama. Banyak hal yang kami lakukan bersama, bahkan ketika kami harus ke Jakarta untuk melanjutkan kuliah, kami memesan bus yang sama menuju Pulogadung, Jakarta. Yang kemudian dilanjutkan dengan Bus yang mengantarkan kami ketujuan masing-maisng di Jakarta.
Bahkan saat pertama kali berniat menuju Korea, saya masih berkesempatan dimintai tolong untuk mencari biro perjalanan yang memberikan harga tiket yang pas dengan kantong kita.
Dikarenakan perbedaan aktifitas, kami jarang bertemu walaupun tidak lepas komunikasi sama sekali. Alhamdulillah Bulan Juli 2011, kami dipertemukan di Seoul, tempat yang nun jauh di sana.
Kawan, semoga sukses selalu mengiringi perjalanan hidupmu.